Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan edisi kedua berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama
Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30
Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan,
tanggal 4–6 Maret 1991.
Daftar isi:
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
I.
Pemakaian Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A a
|
a
|
J j
|
je
|
S s
|
es
|
B b
|
be
|
K k
|
ka
|
T t
|
te
|
C c
|
ce
|
L l
|
el
|
U u
|
u
|
D d
|
de
|
M m
|
em
|
V v
|
fe
|
E e
|
e
|
N n
|
en
|
W w
|
we
|
F f
|
ef
|
O o
|
o
|
X x
|
eks
|
G g
|
ge
|
P p
|
pe
|
Y y
|
ye
|
H h
|
ha
|
Q q
|
ki
|
Z z
|
zet
|
I i
|
i
|
R r
|
er
|
|
|
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o, dan u.
Huruf Vokal
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
a
|
api
|
padi
|
lusa
|
e*
|
enak
|
petak
|
sore
|
|
emas
|
kena
|
tipe
|
i
|
itu
|
simpan
|
murni
|
o
|
oleh
|
kota
|
radio
|
u
|
ulang
|
bumi
|
ibu
|
* Dalam pengajaran
lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di
teras (téras).
Upacara itu dihadiri
pejabat teras pemerintah.
Kami menonton film
seri (séri).
Pertandingan itu
berakhir seri.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
b
|
bahasa
|
sebut
|
adab
|
c
|
cakap
|
kaca
|
–
|
d
|
dua
|
ada
|
abad
|
f
|
fakir
|
kafir
|
maaf
|
g
|
guna
|
tiga
|
Balig
|
h
|
hari
|
saham
|
Tuah
|
j
|
jalan
|
manja
|
Mikraj
|
k
|
kami
|
paksa
|
Sesak
|
|
–
|
rakyat*
|
bapak*
|
l
|
lekas
|
alas
|
Kesal
|
m
|
maka
|
kami
|
Diam
|
n
|
nama
|
anak
|
Daun
|
p
|
pasang
|
apa
|
Siap
|
q**
|
Quran
|
Furqan
|
–
|
r
|
raih
|
bara
|
Putar
|
s
|
sampai
|
asli
|
Lemas
|
t
|
tali
|
mata
|
Rapat
|
v
|
varia
|
lava
|
–
|
w
|
wanita
|
hawa
|
–
|
x**
|
xenon
|
–
|
–
|
y
|
yakin
|
payung
|
–
|
z
|
zeni
|
lazim
|
Juz
|
* Huruf k di
sini melambangkan bunyi hamzah.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
Huruf Diftong
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
ai
|
ain
|
syaitan
|
pandai
|
au
|
aula
|
saudara
|
harimau
|
oi
|
–
|
boikot
|
amboi
|
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
kh
|
khusus
|
akhir
|
tarikh
|
ng
|
ngilu
|
bangun
|
senang
|
ny
|
nyata
|
hanyut
|
–
|
sy
|
syarat
|
isyarat
|
arasy
|
F. Pemenggalan Kata
1.
|
Pemenggalan kata pada kata
dasar dilakukan sebagai berikut:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Keterangan:
Nama orang, badan
hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
II.
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf
Besar
1.
|
Huruf kapital atau huruf
besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
|
||||||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Adik bertanya,
"Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan,
"Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
"Besok
pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat".
|
||||||||||||||||||
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab
suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih,
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu,
ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
|
||||||||||||||||||
4.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
|
||||||||||||||||||
5.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang,
atau nama tempat.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Siapa gubernur
yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir
Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
|
||||||||||||||||||
6.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau
satuan ukuran.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
||||||||||||||||||
7.
|
Huruf kapital sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
mengindonesiakan
kata asing
keinggris-inggrisan
|
||||||||||||||||||
8.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
||||||||||||||||||
9.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon
|
||||||||||||||||||
11.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor
57, Tahun 1972
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan
hukum
kerja sama antara pemerintah
dan rakyat
menurut undang-undang
yang berlaku
|
||||||||||||||||||
12.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
|
||||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Saya telah membaca
buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa
dan Sastra.
Dia adalah agen
surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan
makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
||||||||||||||||||
14.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||
15.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
"Kapan Bapak
berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya,
"Itu apa, Bu?"
Surat Saudara
sudah saya terima.
"Silakan duduk,
Dik!" kata Ucok.
Besok Paman
akan datang.
Mereka pergi ke
rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi
Ibu Hasan.
|
||||||||||||||||||
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau penyapaan.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
|
||||||||||||||||||
16.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama kata ganti Anda.
|
||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Sudahkah Anda
tahu?
Surat Anda
telah kami terima.
|
B. Huruf
Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
|
|
Misalnya:
majalah Bahasa
dan Kesusastraan
buku Negarakertagama
karangan Prapanca
surat kabar Suara
Karya
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
|
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad
ialah a.
Dia bukan menipu,
tetapi ditipu.
Bab ini tidak
membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat
dengan berlepas tangan.
|
3.
|
Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang
telah disesuaikan ejaannya.
|
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah
manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et
impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
|
|
Tetapi:
Negara itu telah
mengalami empat kudeta.
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan
atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di
bawahnya.
III.
Penulisan Kata
A. Kata
Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
|
Misalnya:
Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
Kantor pajak penuh
sesak.
Buku itu sangat
tebal.
|
B. Kata
Turunan
1.
|
Imbuhan (awalan, sisipan,
akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
·
bergeletar
·
dikelola
·
penetapan
·
menengok
·
mempermainkan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Jika bentuk dasar berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
·
bertepuk tangan
·
garis bawahi
·
menganak sungai
·
sebar luaskan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
·
menggarisbawahi
·
menyebarluaskan
·
dilipatgandakan
·
penghancurleburan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
|
Catatan:
(1)
|
Jika bentuk terikat diikuti
oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu
dituliskan tanda hubung (-).
|
|
Misalnya:
|
(2)
|
Jika kata maha sebagai
unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar,
gabungan itu ditulis terpisah.
|
|
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan
Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
|
C. Kata
Ulang
Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
|
Misalnya:
anak-anak,
buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri,
kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda,
tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis,
terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
|
D. Gabungan
Kata
1.
|
Gabungan kata yang lazim
disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah.
|
|
Misalnya:
duta besar, kambing
hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear,
orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
|
2.
|
Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
|
|
Misalnya:
alat pandang-dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
|
3.
|
Gabungan kata berikut ditulis
serangkai.
|
|
Misalnya:
acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana,
barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata,
kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi,
matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna,
radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala,
segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar,
titimangsa, wasalam
|
E. Kata Ganti ku, kau,
mu, dan nya
Kata ganti ku
dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki
boleh kauambil.
Bukuku, bukumu,
dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke,
dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di
dalam lemari.
Bermalam sajalah di
sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di
rumah.
Ia ikut terjun ke
tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir
sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke
pasar.
Saya pergi ke
sana-sini mencarinya.
Ia datang dari
Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak
miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada
si Ahmad.
Kami percaya
sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar
lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan
di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari
gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka
di desa itu hadir dalam kenduri itu.
G. Kata si
dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan
kembali kepada si pengirim.
|
H. Partikel
1.
|
Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Bacalah buku
itu baik-baik.
Jakarta adalah
ibu kota Republik Indonesia.
Apakah yang
tersirat dalam surat itu?
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
|
2.
|
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun
sudah tak ada kendaraan.
Jangan dua kali,
satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi,
adik pun ingin pergi.
|
|
Catatan:
Kelompok yang lazim
dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun
mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.
|
3.
|
Partikel per yang
berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
|
|
Misalnya:
Pegawai negeri
mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke
dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp
2.000 per helai.
|
I. Singkatan
dan Akronim
1.
|
Singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Akronim ialah singkatan yang
berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Catatan:
Jika dianggap perlu
membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada
kata Indonesia
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J. Angka dan Lambang Bilangan
IV.
Penulisan Huruf Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar.
Kaidah
ejaan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
Konsonan
ganda
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat
membingungkan.
Misalnya:
Catatan
Misalnya: kabar,
sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.
Akhiran
asing
Di samping pegangan
untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga
akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran
itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standardisasi,
efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,
efek, dan implemen.
V.
Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda
Titik (.)
B. Tanda
Koma (,)
C. Tanda Titik Koma (;)
D. Tanda Titik Dua (:)
E. Tanda Hubung (–)
F. Tanda Pisah (—)
G. Tanda Elipsis (...)
H. Tanda
Tanya (?)
I. Tanda
Seru (!)
J. Tanda Kurung ((...))
K. Tanda Kurung Siku ([...])
L. Tanda Petik
("...")
M. Tanda Petik Tunggal
('...')
N. Tanda Garis Miring (/)
O. Tanda Penyingkat
(Apostrof) (')
|
No comments:
Post a Comment