MEMET
DAN CLEMUT
Suatu hari di tepian Sungai Airwung, Memet
dan Clemut sedang memancing ikan menggunakan alat pancing yang baru mereka
beli. Baru saja beli? Iya, karena mereka biasanya menceburkan diri ke sungai
untuk menangkap ikan. Mereka tak tau mengapa, air sungai itu sekarang menjadi
kotor karena sampah. Padahal, dulu sungai itu airnya sangat jernih dan
ikan-ikan berenang dengan riangnya.
Setelah beberapa menit menunggu, pancingan
milik Clemut bergerak, setelah Clemut tarik ternyata itu adalah ikan. “Alhamdulillah!
Akhirnya aku mendapat ikan!”, kata Clemut kegirangan. Memet melihat Clemut
dengan sirik, Memet bersikeras untuk memancing ikan. Akhirnya, ia merasa kalau
kailnya terkait sesuatu. Memet menarik dengan sangaaat kuat, tapi ternyata yang
Memet tarik adalah ban bekas. Clemut menertawakan Memet, pipi Memet memerah.
Namun akhirnya mereka berdua tertawa kegirangan.
Setelah puas memancing ikan dan juga ban
bekas, mereka pulang menuju rumah. Di jalan menuju ke rumah, mereka bertemu
dengan seseorang yang membuang sampah ke sungai. “Uh tau nggak sih dia, masak
buang sampah di sungai sih. Kayak gak ada tempat sampah aja!”, gumam Clemut.
Mereka pun mendekati si pembuang sampah tersebut. “Permisi pak! Kalau mau
membuang sampah di tempat sampah dong! Jangan di sungai, nanti bisa banjir pak!
Ikannya juga kasihan, tidak bisa hidup dengan tenang.”, kata Memet. “Halah,
kamu itu tidak usah menceramahi orang tua! Cepat pulang sana!”, kata bapak
pembuang sampah. Akhirnya Clemut dan Memet pergi meninggalkannya.
Di perjalanan, Memet bercerita bahwa ia
baru saja mendapatkan pelajaran tentang teks anekdot di sekolahnya. Clemut pun
mendengarkan dengan saksama.
“Jadi gini Mut, di buku pelajaran aku
itu ada teks anekdot tentang sampah gitu. Mau aku ceritain nggak?”
“Wah boleh! Aku juga lagi ada tugas
membuat teks anekdot nih!”
“Jadi pada suatu hari, ada seorang pengembara
dari Eropa yang bernama Tom. Ia sangat ingin mengikuti jejak idolanya, yaitu
Plato sang penjelajah.”
“Ah nama tokohnya kurang keren, nama
tokohnya itu Gru aja.”
“Oke, jadi Gru melakukan perjalanan dari
Eropa ke arah timur menaiki kapal. Menurut Plato, daerah bagian timur sangat
indah pemandangannya.”
“Iya, terus? Langsung aja ke intinya!”,
Clemut sudah tidak sabar.
“Ya baiklah. Singkat cerita, Gru mulai
melakukan perjalanannya dan semakin mendekati gugusan pulau-pulai di daerah
belahan timur dunia ini. Namun, tiba-tiba ada badai menerjang. Kapal Gru
terombang-ambing ombak, ia memutuskan untuk menggunakan perahu saja. Tapi
setelah sampai di pulau tersebut, terjadi sesuatu...”
“Ha? Terjadi apa? Gru kenapa?”
“Gru tertimpa buah kelapa yang jatuh
dari pohonnya, ia pun pingsan.”
“Yah udah sampai malah pingsan”
“Tenang saja. Beberapa saat kemudian, Gru
terbangun karena mencium bau yang busuk, sangat busuk. Ia melihat ke
sekelilingnya, ternyata banyak sampah, mulai dari limbah plastik, ban bekas, botol
bekas, bahkan masih ada sampah jenis lainnya!”
“Ih jorok, itu sebenarnya Gru datang ke
negara apa?”
“Sebentar, ceritanya belum selesai. Gru
teringat pesan Plato kepadanya bahwa jika engkau menemui tumpukan sampah yang
banyak, baik organik maupun anorganik di tempat-tempat umum atau di rumah
warga, berarti kamu sedang berada di....”
“.......”
“Coba tebak Clemut!”
“......”
“INDONESIA!”, Memet menjawab dengan sangat
bersemangat.
“Oh Indonesia? Nggak heran sih.
Kenyataannya aja tadi ada orang buang sampah ke sungai. Kita sekarang kalau
menangkap ikan pakai alat pancing, udah gitu kamu tadi malah mendapat ban
bekas!”
“Haha iya! Benar juga!”
“Selain itu, mereka padahal udah tau
kalau buang sampah di sungai bikin banjir. Apalagi sekarang di musim hujan. Ih
geli aku. Mereka disuruh membuang sampah di tempat sampah aja nggak mau, kalau
kena banjir aja protes nyalahin pemerintah!”
“Huh iya, aku juga sebel!”
“Eh ngomong-ngomong, teks anekdotnya nggak
ada yang lucu tuh. Berarti teks anekdot nggak harus lucu ya?”
“Enggak harus lucu, yang penting itu kan
teks anekdot ada sindirannya, sama ada partisipannya dong! Hahaha”
“Hahaha iyaa! Semoga aja partisipannya
peka!”
Kadek
Alitya Ambarwati
X
PMIIA 6/15
No comments:
Post a Comment