Monday, March 3, 2014

Anekdot!

MEMET DAN CLEMUT

Suatu hari di tepian Sungai Airwung, Memet dan Clemut sedang memancing ikan menggunakan alat pancing yang baru mereka beli. Baru saja beli? Iya, karena mereka biasanya menceburkan diri ke sungai untuk menangkap ikan. Mereka tak tau mengapa, air sungai itu sekarang menjadi kotor karena sampah. Padahal, dulu sungai itu airnya sangat jernih dan ikan-ikan berenang dengan riangnya.
Setelah beberapa menit menunggu, pancingan milik Clemut bergerak, setelah Clemut tarik ternyata itu adalah ikan. “Alhamdulillah! Akhirnya aku mendapat ikan!”, kata Clemut kegirangan. Memet melihat Clemut dengan sirik, Memet bersikeras untuk memancing ikan. Akhirnya, ia merasa kalau kailnya terkait sesuatu. Memet menarik dengan sangaaat kuat, tapi ternyata yang Memet tarik adalah ban bekas. Clemut menertawakan Memet, pipi Memet memerah. Namun akhirnya mereka berdua tertawa kegirangan.
Setelah puas memancing ikan dan juga ban bekas, mereka pulang menuju rumah. Di jalan menuju ke rumah, mereka bertemu dengan seseorang yang membuang sampah ke sungai. “Uh tau nggak sih dia, masak buang sampah di sungai sih. Kayak gak ada tempat sampah aja!”, gumam Clemut. Mereka pun mendekati si pembuang sampah tersebut. “Permisi pak! Kalau mau membuang sampah di tempat sampah dong! Jangan di sungai, nanti bisa banjir pak! Ikannya juga kasihan, tidak bisa hidup dengan tenang.”, kata Memet. “Halah, kamu itu tidak usah menceramahi orang tua! Cepat pulang sana!”, kata bapak pembuang sampah. Akhirnya Clemut dan Memet pergi meninggalkannya.
Di perjalanan, Memet bercerita bahwa ia baru saja mendapatkan pelajaran tentang teks anekdot di sekolahnya. Clemut pun mendengarkan dengan saksama.
“Jadi gini Mut, di buku pelajaran aku itu ada teks anekdot tentang sampah gitu. Mau aku ceritain nggak?”
“Wah boleh! Aku juga lagi ada tugas membuat teks anekdot nih!”
“Jadi pada suatu hari, ada seorang pengembara dari Eropa yang bernama Tom. Ia sangat ingin mengikuti jejak idolanya, yaitu Plato sang penjelajah.”
“Ah nama tokohnya kurang keren, nama tokohnya itu Gru aja.”
“Oke, jadi Gru melakukan perjalanan dari Eropa ke arah timur menaiki kapal. Menurut Plato, daerah bagian timur sangat indah pemandangannya.”
“Iya, terus? Langsung aja ke intinya!”, Clemut sudah tidak sabar.
“Ya baiklah. Singkat cerita, Gru mulai melakukan perjalanannya dan semakin mendekati gugusan pulau-pulai di daerah belahan timur dunia ini. Namun, tiba-tiba ada badai menerjang. Kapal Gru terombang-ambing ombak, ia memutuskan untuk menggunakan perahu saja. Tapi setelah sampai di pulau tersebut, terjadi sesuatu...”
“Ha? Terjadi apa? Gru kenapa?”
“Gru tertimpa buah kelapa yang jatuh dari pohonnya, ia pun pingsan.”
“Yah udah sampai malah pingsan”
“Tenang saja. Beberapa saat kemudian, Gru terbangun karena mencium bau yang busuk, sangat busuk. Ia melihat ke sekelilingnya, ternyata banyak sampah, mulai dari limbah plastik, ban bekas, botol bekas, bahkan masih ada sampah jenis lainnya!”
“Ih jorok, itu sebenarnya Gru datang ke negara apa?”
“Sebentar, ceritanya belum selesai. Gru teringat pesan Plato kepadanya bahwa jika engkau menemui tumpukan sampah yang banyak, baik organik maupun anorganik di tempat-tempat umum atau di rumah warga, berarti kamu sedang berada di....”
“.......”
“Coba tebak Clemut!”
“......”
“INDONESIA!”, Memet menjawab dengan sangat bersemangat.
“Oh Indonesia? Nggak heran sih. Kenyataannya aja tadi ada orang buang sampah ke sungai. Kita sekarang kalau menangkap ikan pakai alat pancing, udah gitu kamu tadi malah mendapat ban bekas!”
“Haha iya! Benar juga!”
“Selain itu, mereka padahal udah tau kalau buang sampah di sungai bikin banjir. Apalagi sekarang di musim hujan. Ih geli aku. Mereka disuruh membuang sampah di tempat sampah aja nggak mau, kalau kena banjir aja protes nyalahin pemerintah!”
“Huh iya, aku juga sebel!”
“Eh ngomong-ngomong, teks anekdotnya nggak ada yang lucu tuh. Berarti teks anekdot nggak harus lucu ya?”
“Enggak harus lucu, yang penting itu kan teks anekdot ada sindirannya, sama ada partisipannya dong! Hahaha”
“Hahaha iyaa! Semoga aja partisipannya peka!”


Kadek Alitya Ambarwati

X PMIIA 6/15

No comments:

Post a Comment